MAKALAH : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN LINGKUNGAN BELAJAR ANAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN ( zacary ngeblog )
MAKALAH : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN LINGKUNGAN BELAJAR ANAK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak hal yang
mempengaruhi hasil belajar anak,salah satunya adalah suatu kondisi yang
kondusif pada lingkungan belajar.Untuk mengkondusifkan lingkungan
belajar,diperlukan adanya pengelolaan lingkungan belajar.Guru memiliki peranan
penting dalam pengelolaan lingkungan belajar.
Suasana atau lingkungan
belajar yang kondusif akan berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa
cenderung mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi.
Pengelolaan lingkungan
belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan
perilaku anak sehingga dapat terpasilitasi dengan baik.Pengelolaan lingkungan
belajar yang baik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
B.
Rumusan Masalah
a.
Pengertian lingkungan
belajar ?
b.
Kemukakan macam-macam
lingkungan belajar ?
c.
Jelaskan
pengertian lingkungan belajar anak di
keluarga ?
d.
Jelaskan
pengertian lingkungan belajar anak di
sekolah ?
e.
Jelaskan pengertian
lingkungan belajar anak di masyarakat ?
f.
Jelaskan bagaimana
implikasi lingkungan belajar anak ?
|
C.
Tujuan Penulisan
- Dapat mengetahui arti lingkungan belajar anak
- Dapat mengetahui macam-macam lingkungan belajar anak
- Dapat mengetahui perbedaan antara lingkungan belajar anak di keluarga,sekolah,dan masyarakat
- Dapat mengetahui implikasi lingkungan belajar anak
D.
Metode Penulisan
Metode
yang kami gunakan yaitu metode pengumpulan data dengan caradiskusi, dan
pencarian data melalu literature seperti buku, dan media elktronik (internet),
dan penulisannya menggunakan bahasa Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian lingkungan
belajar
Lingkungan
menurut Webster’s New Collegiate Dictionary diterangkan sebagai “the aggregate
of all the external conditions and influences affecting the life and
development of an organism atau diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan
pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme”
(Ahmadi, 2004:74). Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh
dari luar terhadap kegiatan pendidikan (Ahmadi, 2004:74). Sedangkan lingkungan
pendidikan menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2007:178) adalah latar tempat
berlangsungnya pendidikan. Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di
atas dapatdisimpulkan bahwa yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempat
berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap
keberlangsungan kegiatan tersebut.
B.
Macam-Macam Lingkungan
Belajar
Menurut
Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup: 1) lingkungan keluarga, 2)
lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat (Munib, 2004:76). Ketiga
lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan yang akan
mempengaruhi manusia secara bervariasi.
|
a. Pengertian Lingkungan Keluarga
|
|
b.
Faktor-Faktor Keluarga
Menurut Slameto (2003:60-64),
siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
1.
Cara orang tua
mendidik,
2.
Relasi antara anggota
keluarga,
3.
Suasana rumah,
4.
Keadaan ekonomi
keluarga,
5.
Pengertian orang tua,
6.
Latarbelakang
kebudayaan.
c. Fungsi Keluarga
Menurut
Oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi,
pendidikan, perlindungan/ penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama
(Ahmadi,2004:108). Sedangkan menurut Bierstadt (Ahmadi,2004:109) keluarga berfungsi sebagai:
1)
Menggantikan keluarga
2)
Bersifat membantu
3)
Mengatur dan menguasai
impuls-impuls (dorongan) sexual
4)
Menggerakkan
nilai-nilai kebudayaan
2. Lingkungan Sekolah
- Pengertian Lingkungan Sekolah
Menurut
Tulus Tu’u (2004:1) lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan
formal, dimana ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu
pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Sedangkan menurut
Gerakan Disiplin Nasional (GDN) lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan
dimana parasiswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai
kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam
kesadaran hati nuraninya (Tulus Tu’u,2004:11). Berdasarkan 2 definisi tentang
lingkungan sekolah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah
adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung yang para
siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai
kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
- Faktor Sekolah
Faktor sekolah
yang mempengaruhi belajar mencakup :
2.
Metode mengajar,
3.
Kurikulum,
4.
Relasi guru dengan
siswa,
5. Relasi
siswa dengan siswa,
6. Disiplin
sekolah,
7. Pelajaran dan waktu sekolah,
8. Standar
pelajaran,
9. Keadaan
gedung,
10. Metode
belajar,
11. tugas rumah
- Fungsi Sekolah
Menurut Nasution
(2004:14), fungsi sekolah antara lain sebagai berikut:
1)
Sekolah mempersiapkan
anak untuk suatu pekerjaan.
2)
Sekolah memberikan
keterampilan dasar.
3)
Sekolah membuka
kesempatan memperbaiki nasib.
4)
Sekolah menyediakan
tenaga pembangunan.
5)
Sekolah membantu
memecahkan masalah-masalah sosial.
6)
Sekolah menstranmisi
kebudayaan.
7)
Sekolah membentuk
manusia yang sosial.
8)
Sekolah merupakan alat
mentransformasi kebudayaan.
- Karakteristik lingkungan sekolah
Ada beberapa
karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn
& Stevens dalam Ormrod, 2006) , yaitu:
1)
Sekolah mempunyai
komitmen untuk mendukung semua usaha peserta didik agar sukses baik dalam
bidang akademik maupun sosial.
2)
Adanya kurikulum yang
menantang dan terarah.
3)
Adanya perhatian dan
kepercayaan peserta didik serta orang tua terhadap sekolah.
4)
Adanya ketulusan dan
keadilan bagi semua peserta didik, baik untuk peserta didik dengan latar
belakang keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik.
5)
Adanya kebijakan dan
peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik, konsekuensi
yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial
serta kemampuan menyelesaikan masalah.
6)
Adanya partisipasi
peserta didik dalam pembuatan kebijakan sekolah.
7)
Adanya mekanisme
tertentu sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka
tanpa rasa takut.
8)
Mempunyai tujuan untuk
meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, membantu dan bekerja
sama.
9)
Membangun kerja sama
dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
10)
Mengadakan kegiatan
untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan peserta
didik.
3.
Lingkungan Masyarakat
a.
Pengertian Lingkungan
Masyarakat
Soemardjan
dan Soemardi mengatakan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Muri Yusuf (2004:34)
lingkungan masyarakat adalah merupakan lingkungan ketiga dalam proses
pembentukan kepribadian anak-anak sesuai keberadaannya. Berdasarkan
definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat
adalah tempatorang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar
terhadapperkembangan pribadi anak-anak (siswa).
b.
Faktor Masyarakat
Masyarakat
merupakan faktor ekstern yang jugaberpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Pengaruh ituterjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh
itu antara lain sebagai berikut:
1)
Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
2)
Mass Media
3)
Teman Bergaul
4)
Bentuk Kehidupan Masyarakat
c.
Peranan Masyarakat
dalam Pendidikan
Tanggung jawab masyarakat
terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab
pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hai ini disebabkan
faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam
masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu
tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan
beranekaragam. Meskipun demikian, masyarakat mempunyai peranyang besar dalam
pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan
suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut
menyelenggarakan pendidikan nonpemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga,
biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan
profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.
A. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Untuk Anak Usia Dini
Peran guru sebagai
fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu
memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat
dalam lingkungannya. Seperti kita ketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa
ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki
sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Ia memiliki
sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya
merupakan pengalaman yang positif untuk mengmbangkan minat keilmuan anak usia
dini.
Pada
bab ini akan dikaji beberapa hal yang berkaitan dengan pentingnya pemanfaatan
sumber belajar lingkungan untuk anak usia dini yang diawali dngan pembahasan
mengenai pengertian lingkungan itu sendiri, dilanjutkan dengan penjelasan
tentang nilai-nilai lingkungan, jenis lingkungan, teknik menggunakan lingkungan
dan prosedur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia
dini.
1.
Pengertian Lingkungan
Sebagai Sumber Belajar
Sebagai makhluk hidup,
anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi
dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup
tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda
mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di
dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan
hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut.
Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatn yang melingkungi
(melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu
daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam
diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan
environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala
sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam
literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari
unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
2. Nilai-Nilai
Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di
sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk
pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini. Lingkungan
menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak.
Jumlah sumber belajar
yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak
dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar
lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena
mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya
lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat
mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Penggunaan lingkungan
memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull
learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal
ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip
pendidikan anak usia dini.
Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau
aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya
lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga
setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3.
Penggunaan lingkungan
dapat menarik bagi anak
Kegiatan
belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan
sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak
usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan
masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa
mendatang.
4.
Pemanfaatan lingkungan
menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning activities) yang lebih meningkat.
Penggunaan cara atau
metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang
dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia
dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun
demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk
dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan merupakan
sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa
menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar
di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan
lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam
pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang
biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini
lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas,
nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika
guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan.
Memanfaatkan
lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan
menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajr tidak hanya
terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini
lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta
intelektual.
a. Perkembangan
Fisik
Lingkungan
sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan
otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat,
berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara
yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam
mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak menjadi tahu bagaimana
tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat
pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau
berguling di dedaunan.
b. Perkembangan
aspek keterampilan sosial
Lingkungan
secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain
bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu
yang ada di lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan
yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut
mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan
yang harmonis.
Anak-anak
dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan
teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat
mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan
sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan
menyenangkan.
c. Perkembangan
aspek emosi
Lingkungan pada umumnya
memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan
memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya
bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan
untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek
keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa
percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain
dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan
fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
d. Perkembangan
intelektual
Anak-anak
belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan
menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep
seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya
adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang
diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila
guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada
pada lingkungan sekitar.
Demikian
beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap
aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Adapun sumber belajar itu
antara lain :
a) Mengamati
apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius
jika menemukan sesuatu yang sangat menarik baginya. Bila guru melihat hal ini
berilah bimbingan kepada anak dengan cara menayakan apa yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak dapat mengmbangkan
kemampuan intelektualnya dengan mengetahui berbagai benda yang diamatinya. Selain
itu juga anak akan dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu dengan
mengembangkan kemampuannya dengan berinteraksi dengan orang dewasa dalam hal
ini guru.
Upaya
guru dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga akan dapat mengembangkan
emosi anak misalnya pada saat anak mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya,
dia menunjukkan ekspresi yang serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan
berbahsa anak juga akan semakin meningkat jika guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa anak, kosa katanya
akan berkembang.
b) Perhatikan
dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan berbagai alternatif
pendekatan dalam membelajarkan anak. Hal tersebut disebabkan alternatif dan
pilihan sumber belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan
kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.
c) Tanyalah
anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan
kepada anak-anak mendorong mereka untuk menjelaskan mengenai berbagai hal yang
mereka alami dan mereka lihat.
Pertanyaan
yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk mengungkap berbagai hal yang
diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan berbahasanya.
d) Gunakan
kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak
terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk menjelaskan apa yang
mereka lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak harus dibantu oleh
guru sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan kosa
katanya akan semakin meningkat.
e) Cobalah
berskap lebih ingin tahu
Guru-guru
tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas peertanyaan anak-anak. Guru
yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan keperecayaan anak kepadanya. Anak
merasa memiliki orang yang dapat dijadikannya tempat bertanya mengenai hal-hal
yang tidak dapat mereka pecahkan. Anak akan memiliki keyakinan yang tinggi
kepada guru yang mau membantunya dalam segala hal. Sebaliknya jika guru tidak
mengetahui banyak hal akan menimbulkan ketidakyakinan kepadanya karena setiap
mereka menanyakn sesuatu anak tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan
memuaskan.
5.
Jenis-Jenis Lingkungan
Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya semua
jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan
dengan komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau
lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
- Lingkungan alam
Lingkungan alam atau
lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber
daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora
dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam
sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah
dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya.
Dengan
mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami
gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu
diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam,
dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara
lingkungan alam.
- Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam
sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan
informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial.
Hal-hal yang bisa
dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan
sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:
1) mengenal
adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak tinggal. mengenal
jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
2) Mengenal
organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan
sekolah.
3) Mengenal
kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan
sekolah.
4) Mengenal
kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
5) Mengenal
struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan
kecamatan.
6) Pemanfaatan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk anak
usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat
dengan anak.
- Lingkungan budaya
Di samping lingkungan
budaya dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut
lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau
dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Anak dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti
prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta
aspek lain yang berkenan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan
masyarakat pada umumnya.
Agar
penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan
atau program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan
memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium
belajar anak.
6.
Prosedur Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Apabila
kita menginginkan anak memperoleh hail belajar yang banyak dan bermakna dari
sumber beajr lingkungan, maka kita perlu membuatan persiapan ayang matang.
Tanpa persiapan belajar anak tidak akan terkendali dngan baik senhingga akan
berpengaruh terhadap terjadinya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Perlu
kita ketahui bahwa ada tiga langkah prosedur yang bisa ditempuh dalam
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia dini ini yaitu : langkah
perencanaan, langkah pelaksanaan, dan langkah tindak lanjut (follow up)
B. Implikasi
lingkungan belajar anak
Pada proses belajar
anak dalam pengembangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), pembentukan dan
peningkatan tidak hanya diorientasikan pada satu aspek individu saja, melainkan
seluruh aspek individu. Dalam hal ini, biasanya yang dikembangkan yaitu
kurikulumnya. Kurikulum yang dikembangkan diharapkan untuk memberi kemungkinan
yang seluas – luasnya dalam pengembangan beberapa aspek seperti pengembangan
fisik, emosi, sosial dan kognitif. Dalam pengembangan kurikulum, hal terpenting
yang juga harus tetap diperhatikan yaitu kesesuaian antara isi kurikulum usia
dan tingkat kemampuan anak.
Dalam mengimplementasikan
dan mengembangkan kurikulum, dalam proses pembelajaran di kelas guru harus
dapat memanfaatkan hasil pengamatannya terhadap anak didik dan mencatat
kemampuan anak didik yang berbeda – beda. Hal ini sangat penting, karena
informasi yang demikian sangat dibutuhkan ketika seorang guru menyusun rencana
pembelajaran yang tentunya sesuai dengan kemampuan anak didiknya. Dengan
demikian, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
Pengembangan anak
memerlukan kebutuhan yang tidak hanya dibatasi paa aspek akademik saja,
melainkan aspek sosial dan emosional. Hal ini mendorong guru untuk menjadikan
belajar sebagai proses interaktif. Maksudnya, anak didik tidak hanya dibatasi
kontak dengan teman, orang dewasa, tetapi dengan lingkungan sosial dan fisik
secara luas. Kondisi dan situasi seperti itu akan mendorong siswa lebih
melibatkan semua aspek yang ada dalam dirinya secara keseluruhan dalam
interaksi sosial dan memecahkan suatu permasalahan.
Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, bidang – bidang studi yang dikembangkan juga
harus sesuai dengan tingkat perkembangan seluruh aspek individu serta kehidupan
anak, khususnya latar belakang sosial dan ekonominya. Perlu kita sadari di
Indonesiaa, macam – macam perbedaan yang terdapat pada diri anak merupakan
kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu oleh karena itu guru
harus mampu menyatukan perbedaan – perbedaan tersebut agar pembelajaran
berjalan secara relevan, menyenangkan dan mencapai keberhasilan.
Pada
siswa SD, guru hendaknya terus – menerus melakukan pemantauan secara langsung
baik di dalam maupun di luar kelas. Hasil pengamatan tersebut sangat bermanfaat
bagi pengembangan program belajar yang pada akhirnya dapat memaksimalkan proses
pembelajaran. Selain itu kehadiran guru di dalam kelas hendaknya tidak
menekankan perannya sebagai satu – satunya pihak yang berkuasa di kelas,
apalagi kalau guru bersifat otoriteruntuk itulah guru diharapkan dapat
memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan belajar.
Kesempatan
yang luas juga hendaknya diberikan kepada anak didik untuk memilih kegiatan dan
materi serta fasilitas yang tersedia agar dapat menciptakan proses pembelajaran
yang efektif. Kegiatan yang diciptakan juga hendaknya melibatkan seluruh aspek
mental, fisik, sosial, dan moral siswa. Dengan demikian, hendaknya siap
menyediakan materi yang kaya akan variasi kegiatannya.
Ada
beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran. Sebenarnya tidak ada satu – satumya model pembelajaran yang
sangat efektif dapat dipilih untuk semua jenis pembelajaran. Karena pada
praktek yang dilakukan, model itu bersifat kontekstual. Namun dengan tidak
melupakan tujuan pendidikan nasional yang dapat membentuk manusia seutuhnya,
maka hendaknya memilih model pembelajaran yang benar – benar mengarah pada
pengakuan keberadaan individu sebagai manusia utuh dan arah peningkatannya
tidak dibatasi pada satu aspek individu saja, tetapi keseluruhan semua aspek
individu.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang ada pada bab sebelumnya maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Sedangkan secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa
Perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung
dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana
diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.
2.
Karakteristik perubahan
individu dilihat dari perkembangan yaitu, Perkembangan usia dan pribadi anak,
Perkembangan emosional dan social, identitas diri, identitas jenis kelamin,
moral, dan pola pikir. Dan ada 3 aspek perkembangan secara holistic yaitu,
aspek biologis, aspek kognitif, dan aspek psikososial.
3.
Kematangan atau masa
peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi
(titik puncak) dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari
suatu fungsi untuk menjalankan fungsinya. Kematangan adalah urutan perubahan
yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rncangan genetikanya
(Santrock & Yussen, 1992:20)dalam batasan ini kematangan dipandang sebagai
sesuatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang
dibawa sejak lahir.
|
B.
Saran
1. Sebaiknya
kita sudah dapat mengerti apa yang dimaksud dengan perkembangan dan pertumbuhan
melalui malah ini, untuk itu kita dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
2. Sebaiknya
kita harus berkembang dan tumbuh seperti zaman ini agar kita tidak terbelakang,
tapi perkembangan dan pertumbuhannya itu harus sesuai dengan kodrat kita
sebagai manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, 2004. Psikologi
Belajar (edisi revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Munib,
Achmad. dkk. 2004. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES
Muri, Yusuf. 2004. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Nasution,
M.N. (2004). Manajemen Jasa Terpadu.
Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Slameto, 2003. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tirtarahardja,
La Sulo. 2007. Psikologi Pendidikan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Tu’u,
Tulus. 2004. Peran Disipiln pada perilaku
dan prestasi Siswa,Jakarta: Gramedia widiasarana.
|
Komentar
Posting Komentar